Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat p******a yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai **. Terlihat saat itu buah d*danya yang masih tegar berdiri, tidak turun.
P*tingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B. Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya.
Saat ia memberi minum, belahan d*danya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar. Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan d**a pembantu itu)
“Kamu pingin ya “ny*su” sama buah d**a yang sintal..?”
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia ny*suin kamu.”
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja,
“Oh.., boleh juga tuh Bu..!”
Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya. Saat kami masuk, ia berkata,
“Andre, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang,
“Nggak ada apa-apa kok Bu..!”
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke pay*daranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke p*tingnya, dan benar perkiraan saya, p*tingnya besar dam masih keras.
Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka cel*na dal*mnya. Terlihat di sekitar k*********a banyak ditumbuhi bulu yang lebat.
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”
Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menc*uminya dan juga buah d*danya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat b***************n saya.
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran p***s saya memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”
Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia meng*lum p***s saya hingga biji kem*luan saya.
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dih*sap seperti ini..!” d*sah saya.
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga mer*mas-r*mas terus buah d*danya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi **.
Saya terus menj*lati v*ginanya dan terus memasukkan jari saya.
“Ah.. Andre, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan p*nismu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan b*tang kem*luan saya ke l*ang sengg*manya.
“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.
“Iya Andre, suami Ibu jarang berc*nta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.
Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya p***s saya sambil berkata,
“Ohh… ohhh… besar sekali p*nismu, tidak masuk ke v*ginaku, ya Ndre..?”
“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan b*tang keperkasaan saya.
Kemudian, untuk melonggarkan lubang v*ginanya, saya pun memutar-mutar b*tang kem*luan saya dan juga mengoc*k-ngoc*knya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang sengg*manya mulai membuka dan b***************n saya sudah masuk setengahnya.
“Ohhh… ohhh… Terus Ndre, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengoc*k b***************n saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam l*ang kew*nit*annya.
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” d*sahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”
Saya pun mulai mengoc*k b*tang kem*luan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan v*ginanya.
“Oh Andre, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan b*tang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.
Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang mer*mas-r*mas pay*daranya sendiri (mungkin karena bern*fsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengoc*k b*tang keperkasaan saya maju mundur di liang v****a dosen saya.
Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang m********i sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita m********i. Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agr*sif dengan posisi seperti itu.
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.
15 menit kemudian ia ternyata o*****e yang kedua kalinya.
“Oh, cepat sekali dia o*****e, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.
Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rah*mnya.
“Oh.. oh.. Andre, pelan-pelan Ndre..!” katanya.
Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan b*tang kem*luan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian ia ternyata mengalami o*****e yang ketiga kalinya.
“Ah Andre, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” d*sahnya sambil memuncratkan kembali cairan k*********a yang banyak itu.
Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat o*****e, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami.
Karena dosen saya sangat senang diusap buah d*danya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan mer*mas-r*mas buah kem*luan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah z*kar dir*mas-r*mas dengan sabun).
Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai kl*m*ks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.
“Oh Andre, aku mau keluar lagi..!” katanya.
Setelah terasa penuh di ujung kepala p***s saya, kemudian saya keluarkan b***************n saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah d*danya sambil mengusap-usap lembut.
“Oh Andre, engkau sungguh kuat dan partner berc*nta yang dahsyat, engkau tidak cepat o*****e, sehingga aku dapat o*****e berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Andre. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku o*****e sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.
Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana. Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam v*ginanya.
Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bers*tubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah d*danya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya b*******h setelah melihat permainan saya dengan majikannya.
Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bern*fsu. Saya mencoba melakukan per*ngsangan terlebih dulu ke bagian sens*tifnya. Saya menc*um dan menj*lat seluruh permukaan buah d*danya dan turun hingga ke bibir k*********a yang ditumbuhi hutan lebat itu.
Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kel*min kami. Kami bermain sekitar 30 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kem*luan kami masing-masing.
Oh, ternyata saya sudah bermain s*ks dengan dua wanita bern*fsu ini selama satu setengah jam. Saya pun akhirnya pulang dengan rasa lelah yang luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya saya merasakan berc*nta dengan wanita.