Sebagai seorang ibu muda, kehidupan Lisa amatlah sangat monoton, tidak ada yang menonjol. Hari-harinya dilalui untuk merawat dan mengasuh kedua anaknya yang lucu-lucu. Sedangkan suaminya adalah seorang eksekutif di sebuah perusahaan yang bonafit di Jakarta.
Lisa adalah seorang ibu rumah tangga yang berumur 28 tahun, ia amat memperhatikan perawatan dan kecantikan tubuhnya, sesuai anjuran dari ibunya sejak ia remaja. Selain memiliki wajah yang cantik dan ditunjang dengan bentuk tubuh yang ramping dan kulit yang putih, Lisa amat memperhatikan penampilannya.
Ia tidak ingin suaminya Rudi akan berpaling kepada wanita lain, hanya dengan alasan klasik yaitu kecantikan dan penampilannya sebagai istri. Di rumahnya yang terbilang megah, Lisa menghabiskan waktu ikut senam dan kebugaran. Namun akhir-akhir ini, Rudi amat sibuk dengan pekerjaan kantornya, sehingga membutuhkan perhatian dan kerja extra, hampir tidak ada waktu luang bagi Rudi untuk bermesraan dan berlibur dengan anak-anaknya.
Dengan menanjaknya karir Rudi karena dia diangkatnya sebagai manager baru di daerah baru di kawasan timur Indonesia, dengan sendirinya Rudi mengajak pindah keluarganya ke daerah itu. Di daerah baru itu Rudi menempati sebuah rumah dinas yang amat megah dan luas.
Di rumah dinasnya itu telah tersedia segala perabotan dan kendaraan yang dibutuhkan oleh Rudi sekeluarga, juga telah ada seorang pembantu dan tukang kebun yang merangkap satpam di rumah itu. Seperti bisanya, Rudi terus larut dengan kesibukannya dengan kunjungan ke daerah yang merupakan daerah kepulauan itu, dan perjalanannya memakan waktu 1 sampai 2 minggu.
Tidak heran jika Lisa sering tinggal di rumah dan sangat khawatir akan keselamatan Rudi. Kehidupan rumah tangga mereka yang telah berjalan kurang lebih 8 tahun telah mereka lalui dengan penuh kemesraan dan keserasian, sehingga membuat iri teman-teman Rudi. Rudi tidak melupakan kehidupan s*x dan rutin menjaga kemesraanya dengan Lisa.
Tetapi sayangnya, karena pengaruh kehidupan kota yang egois sering membuat kedua pembantunya tersinggung. Bagaimanapun Lisa adalah seorang wanita yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga berada dan segala keinginannya selalu didapatkan, begitu juga dengan Rudi yang memiliki latar belakang yang sama.
Rudi sering mengh*rdik Pak Martin tukang kebunnya. Pak Martin adalah tukang kebun di rumah itu telah lama bekerja, tidak pernah ia diremehkan oleh majikannya terdahulu, tidak seperti Rudi dan Lisa yang sering memandang rendah kepadanya. Kalau dilihat, usia Pak Martin seusia orangtua Rudi yang telah berumur 68 tahun dan Pak Martin adalah juga penduduk asli di daerah itu.
Masa mudanya Pak Martin amat ditakuti oleh masyarakat sekitarnya, dulunya ia adalah seorang penjahat dan gembong rampok yang memiliki ilmu yang tinggi dan sudah beberapa kali keluar masuk penjara di daerah itu, tidak heran hampir seluruh badannya dipenuhi tato.
Suatu hari Rudi dan Lisa pergi ke sebuah pusat perbelanjaan dan pulangnya ia mendapati Pak Martin sedang tidur, sehingga pintu pagar rumah itu tidak ada yang membuka. Setelah digedor beberapa kali, akhirnya Pak Martin bangun. Dengan kasar dan marah-marah, Lisa memaki-maki Pak Martin, “Dasar tua bangka, malas, apa saja kerja kamu hah..?” sengit Lisa yang disaksikan Rudi dari atas mobilnya.
“Maaf Nya, saya tertidur, sekali lagi maafkan saya Nya.” kata martin memohon.
“Cih..” Lisa meludahi wajah martin lalu berlalu.
“Kamu tak perlu diberi maaf, kamu kerja saya gaji, masa masih malas..?” sahut Lisa berlalu dari hadapan martin.
Pak Martin hanya menunduk dan merasakan amat pedih di d*d*nya dihina dan direndahkan oleh kedua suami istri itu. Lalu timbullah pikiran jahat di dalam hatinya, padahal ia telah lama berusaha untuk selalu berbuat benar dan lurus. Bagaimanapun naluri jahat dalam dirinya kembali muncul, ia akan membalas perlakuan Rudi dan Lisa itu yang telah kelewatan.
Ia tahu, Rudi sering ke luar kota untuk saat yang lama, sedang Lisa tinggal di rumah itu dengan kedua anaknya. Ia ingin Lisa bertekuk lutut minta belas kasihan kepadanya. Bagaimanapun usianya saat ini, ia masih mampu untuk menaklukkan wanita, ditunjang dengan ilmu mistis yang dimilikinya.
Ia tahu, Lisa pun pada saat-saat tertentu pasti membutuhkan kemesraan dari Rudi. Pak Martin amat berpengalaman dalam soal s*x, ia tahu Lisa termasuk dalam katagori wanita yang tidak dapat menahan n*fsu, apalagi jika sering ditinggal suaminya beberapa hari.
Pada hari itu Rudi berangkat ke daerah untuk meninjau proyek yang ia tangani di sebuah pulau yang memakan waktu beberapa hari. Saat itulah yang dinanti-nanti Pak Martin. Di kamarnya ia telah menyiapkan beberapa sesajen untuk mengadakan ritual memantapkan ajian pemikat yang ia miliki.
Saat itu Lisa di kamarnya yang luas yang dilengkapi AC yang bersuhu dingin itu amat kedinginan, ga*rah n*fsunya menghentak-hentak, padahal sebelum berangkat Rudi telah menyirami batin Lisa dengan beberapa ronde, namun aneh saat itu ia ingin kembali mengulanginya.
Kemudian Lisa berjalan ke luar kamarnya, terlihat tubuh mulusnya terbungkus baju tidur sutra yang halus, sehingga lekuk tubuhnya yang indah itu terbentuk. Ia melihat ke sekeliling ruang rumahnya, semua sudah tidur dan hanya ia yang masih bangun. Ingin rasanya ia berm*st*rbasi, namun ia sadar tidak akan memuaskannya, Lisa berpikir keras untuk meredam n*fsunya itu.
Semakin malam hari semakin dingin, dan begitu juga n*fsunya ingin disalurkan, namun kepada siapa? Sedang Rudi saat ini masih berada di luar kota. Di kamarnya Pak Martin terus mengadakan ritual mistis, ia ingin agar Lisa benar-benar datang minta belas kasian kepadanya.
Pak Martin sudah tidak dapat lagi menahan n*fsu dendamnya kepada Rudi dan Lisa, meskipun selama ini ia sering melihat Lisa yang cantik dan mengga*rahkan itu dalam kamar dan rumahnya, namun PAk Martin selalu dapat mengatasinya. Secara lahiriah ia akui Lisa amat menggoda ga*rahnya, namun pikiran itu ia buang jauh-jauh, ia tidak ingin membuat masalah.
Sebenarnya dari dulu ia dapat saja memelet Lisa dan ia ga*li sesukanya, namun karena tindakan Rudi dan Lisa amat kelewatan, maka ia tidak dapat menahan lagi untuk melakukan itu sekarang. Kemudian Lisa menuruni anak tangga rumahnya dan berjalan ke ruang tamunya.
Di luar hari mulai hujan dan diiringi petir. Lalu ia berjalan ke kamar pembantunya (Mbok Ijah), namun Mbok Ijah telah tidur. Kamar Pak Martin terletak di samping garasi rumah itu. Lalu Lisa berjalan ke arah kamar Pak Martin. Tiba-tiba pintu kamar Pak Martin terbuka, saat itu Lisa sempat menc*um aroma menyan yang dibakar Pak Martin saat itu.
Dalam kamarnya Pak Martin memanggil Lisa dengan suara serak, Pak Martin saat itu telah tahu bahwa Lisa akan mendatanginya. Lisa melihat ke dalam kamar itu, ia melihat di kamar itu hanya diterangi lampu 5 watt, sehingga samar-samar ia melihat Pak Martin duduk bersila di lantai kamar.
“Lisa.., masuk..! Duduklah Lisa..!” kata Pak Martin serak.
Lalu Lisa berjongkok dan duduk di atas karpet merah yang telah disediakan Pak Martin. Sambil komat kamit, Pak Martin memerintahkan Lisa untuk memandang matanya.
“Nah, pandanglah mata saya Lisa..!” kata martin lagi.
Inilah kesalahan fatal bagi Lisa, ia menatap mata Pak Martin. Lalu Pak Martin yang saat itu hanya mengenakan sarung, berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk menguncinya dari dalam.
Lisa yang telah terpaku oleh pengaruh Pak Martin hanya duduk diam, nafasnya nampak naik turun karena ga*rah n*fsunya amat menghentak-hentak kepalanya. Dari baju tidur sutra tipis itu tampak kulit tubuh Lisa yang amat menggoda selain akibat dari warna lampu 5 watt yang juga mempengaruhi kecantikan Lisa.
Pak Martin lalu berjalan ke arah belakang badan Lisa. Tangannya langsung meraih jemari Lisa. Sambil memeluk dari belakang, ia menc*umi tengkuk yang berbulu halus itu dengan syahdu. Mata Lisa hanya merem melek menikmati sentuhan Pak Martin yang nota bene adalah pembantunya itu.
Selama ia berada di daerah itu, ia belum sekali pun menginjakkan kakinya ke kamar Pak Martin, namun karena pengaruh pelet dari Pak Martin membuat ia mendatangi kamar itu. Masih dari belakang tubuh Lisa, Pak Martin lalu meraih kedua pay*dara Lisa yang terbungkus baju tidur itu.
Tangan Pak Martin meremas dan mem*lin bukit ranum itu. Lalu mulutnya ia gesekkan ke depan dan dik*lumnya bib*r Lisa yang merah jambu itu. Di bib*r itu Pak Martin mencari-cari l*dah Lisa, dengan napasnya ia menghirup l*dah Lisa hingga Lisa merasa sesak napas.
Tangan Pak Martin tidak mau kalah, dari d*d* Lisa tangan itu terus turun ke p*ha dan terus bergeser ke arah pangkal p*ha Lisa. Baju tidur itu ia singkapkan sehingga p*ha mulus itu jelas, dan Lisa masih memakai cel*na d*lam putih tipis. Jari PAk Martin lalu bermain di dalam rongga kem*lu*n Lisa dan mengorek isi v*ginanya.
Masih di atas karpet merah itu, terlihat sangat kontras sekali tubuh putih mulus Lisa yang mengenakan baju sutra tipis itu duduk bersila. Lalu martin membuka kedua tali yang menahan baju itu dari bahu Lisa, sehingga baju itu terlepas ke bawah dan terpampang bahu putih serta pay*dara yang masih tertutuo ** 34C milik Lisa.
Baju itu ia turunkan terus dan lalu tali ** itu ia buka pengaitnya dari belakang, sehingga kedua bukit salju Lisa terlihat jelas. Dengan mulutnya, kedua put*ng berwarna merah jambu pada bukit indah itu dijil*t inci demi inci oleh Pak Martin dengan rakus.
Sesekali ia gigit dengan lembut, sehingga menambah kenikmatan dan sensasi tersendiri bagi Lisa. Dari mulut Lisa hanya terdengar dengusan kenikmatan ingin permainan itu diteruskan cepat-cepat oleh Pak Martin. Pak Martin yang telah berpengalaman itu pun tahu titik kelemahan Lisa, ia terus memancing setiap inci dari tubuh Lisa dengan l*dahnya.
Lalu Pak Martin membuka cel*na d*lam Lisa, dan terlihat l*ang kenikmatan Lisa yang masih rapat itu. Meskipun Lisa telah melahirkan, namun l*ang v*ginanya masih rapat, itu karena saat melahirkan ia melakukan bedah caesar, sehingga tidak mempengaruhi bentuk v*ginanya. Ia juga rajin olah kebugaran hingga perutnya tetap rata.
Lalu Pak Martin menggeser mulutnya ke bawah pusar Lisa dan berhenti di lub*ng yang ditutup oleh bulu halus terawat itu. Lubang v*gina Lisa diobok-obok dengan l*dahnya sehingga mengeluarkan bau yang khas yang memancing ga*rah Pak Martin.
Kemudian Pak Martin mengambil posisi membelakangi Lisa dan ia mengarahkan pen*snya yang panjang seperti pisang Flores itu ke mulut Lisa. Di bib*r Lisa pen*s itu masuk, Lisa menerima kepala pen*s itu dan meng*lumnya hingga tuntas dan terus dik*c*k hingga kepala pen*s yang telah lama tidak dipakai itu menghitam dan memuntahkan larvanya karena dik*c*k oleh mulut Lisa selama 15 menit.
Sempat Lisa menelan sp*rma Pak Martin dan ia terus menjil*ti kepala baja hitam itu. Pak Martin pun terus memanjakan lub*ng v*gina Lisa berulang-ulang, ia tidak perduli Lisa telah beberapa kali org*sme dengan adanya lonjakan-lonjakan panjang pada tubuh Lisa.
Tidak lama Pak Martin merubah posisinya, ia saat itu berhadap-hadapan dengan Lisa yang masih terbaring di atas karpet tebal kamar itu. Dengan tangannya Pak Martin memasuki lub*ng Lisa, ia mengorek terus kem*lu*n Lisa. Lisa hanya meregang menahan geli dan n*fsu, sedang tubuh putih mulus itu telah basah bersimbah keringat karena permainan permulaan itu.
Ketika Pak Martin mersa yakin kalau Lisa telah terbangkitkan n*fsunya, lalu ia membuka kedua kaki Lisa dan meletakkan bantal. Ia tidak ingin pen*trasi yang diinginkannya itu gagal, ia telah lama memimpikan saat ini. Sesekali tangannya meraih pay*dara yang mulai tegak memerah itu.
Kepala Lisa hanya menggeleng-geleng dan menarik kepalanya menahan nikmat yang menjalari lub*ng kew*nitaanya. Lalu Pak Martin membuka kaki Lisa dan lub*ng itu jelas terlihat, ia meng*ngk*ngkan kaki Lisa dan pen*s yang telah tegak menghitam itu terarah ke lub*ng v*gina Lisa.
Saat baru saja kepala baja itu masuk, ada rasa nyeri pada diri Lisa.
“Aauu..! Nyilu Pak..!” kata Lisa.
“Diam dulu Lisa.., hanya sebentar..!” kata Pak MArtin.
Lalu martin mendorong seluruh b*tang kej*nt*nannya masuk ke dalam lub*ng kew*nitaan Lisa. Ia mengg*njot terus tanpa menghiraukan keluhan dan rasa nyeri pada lub*ng Lisa, namun Lisa menuruti setiap gerakan Pak Martin yang maju mundur dalam lub*ng v*gina itu.
Keringat kembali membasahi tubuh kedua mahkluk berlainan suku itu. Di antara kedua kaki Lisa tampak kaki Pak Martin terus bertumpu menahan gerakan pinggulnya yang maju mundur. Kedua kaki Lisa terus menerjang ke kiri dan kanan, ia merasakan kenikmatan yang amat dalam, sementara kedua tangan Lisa mencari-cari pegangan.
Lalu ia bertumpu pada bahu Pak Martin, ia sempat mencengkram bahu Pak Martin karena merasakan nikmat yang tidak terhingga. Gerakan pen*s Pak Martin terus mengaduk-aduk lub*ng kew*nitaan Lisa, maju mundur. Meskipun telah berusia senja, Pak Martin masih memiliki kemampuan untuk berhubungan s*x dengan wanita, tenaganya tidak kalah dengan Rudi.
Di dalam kepala Pak Martin saat itu adalah terus mengg*nj*t Lisa hingga Lisa beberapa kali org*sme. Ia amat sakit hati diperlakukan Lisa dan Rudi, dengan cara itulah ia membalasnya. Lisa terus dig*nj*t Pak Martin, tulang berulangnya serasa dilolosi Pak Martin.
Permainan s*x itu telah berlangsung 28 menit, namun Pak Martin belum juga memuntahkan m*ninya, ia terus melakukan gerakan berputar-putar pada saat pen*snya masih dalam lub*ng Lisa. Lalu ia memegang kedua tangan Lisa, dan mulutnya terus berada di atas put*ng s*s* Lisa.
Pada akhirnya, setelah 36 menit ia menggenjot, barulah m*ni Pak Martin tumpah di dalam lub*ng v*gina Lisa sebanyak-banyaknya, sedang pen*s besar itu masih terus tertanam di dalam lub*ng kem*lu*n Lisa. Lisa amat puas, belum pernah rasanya ia merasakan kepuasan yang seperti itu selama ia berhubungan s*x dengan Rudi.
Namun belum apa-apa dibanding Pak Martin, Pak Martin amat pandai mengatur tempo permainan, sedang Rudi yang juga memiliki segudang cara dalam bers*ngg*ma tetap jauh tertinggal dari Pak Martin ini. Menjelang pagi Pak Martin terus mempermainkan n*fsu dan ga*rah Lisa sampai 3 kali.
Saat itu cuaca pun amat berpihak pada Pak Martin, selain hujan badai di luar rumah, pembantu dan anak Lisa tidak terbangun, inilah yang amat menggembirakan Pak Martin. Setelah subuh barulah Lisa bangun dari karpet itu dan kembali memakai cel*na d*lam dan **-nya, lalu ia pasangkan baju tidurnya tadi.
Terlihat keletihan yang mendalam pada wajah Lisa. Ia keluar dari kamar Pak Martin dan naik ke kamarnya di lantai atas, lalu ia membersihkan badan dan mandi, masih ada sisa-sisa sp*rma Pak Martin pada bib*r dan pada kedua p*hanya.
Sejak saat itu hubungan Lisa dan Pak Martin semakin int*m saat Rudi tidak ada di rumah. Mereka berdua terus mengayuh biduk kemesraan di kamar Pak Martin atau di ranjang Lisa dan Rudi. Pak Martin selalu melakukan ‘aji penglimunan’, sehingga seluruh penghuni rumah itu tertidur kecuali Lisa dan dirinya.
Pak Martin pun jika sedang berh*srat untuk melakukan hub s*x akan memanggil Lisa dengan caranya. Pernah saat Rudi sedang ada di rumah, sedangkan ga*rahnya menghentak-hentak, maka dengan melafazkan mantranya Lisa datang ke kamarnya, dan saat itu ia menuntaskan n*fsunya ke tubuh Lisa.
Bagaimanapun saat itu Lisa ada dalam gengamannya dan ia pun tidak menginginkan perk*winan Lisa dan Rudi hancur, maka Pak Martin pandai-pandai mengatur saat-saat kebersamaannya dengan Lisa. Lisa pun menurut kepada perintah Pak Martin. Pak Martin amat menjaga rahasia ini.
Sejak itu pun setiap atau apapun keinginan Pak Martin baik tubuh atau segi keuangan selalu terpenuhi, ia tinggal meminta kepada Lisa. Pak Martin saat itu memang sudah uzur, namun ia amat pandai mengatur siasat untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Lisa pun terus melayani Rudi suaminya sebagai mana biasa, tidak ada keganjilan yang ditangkap Rudi. Pak Martin mengetahui Lisa tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh peletnya, Rudi pun secara tidak langsung telah masuk ke dalam genggamannya.
Secara logika Pak Martin memanglah seorang pria yang dilahirkan dengan kemampuan s*x yang luar biasa, saat jadi penjahat dulu tidak sedikit wanita baik-baik dan pel*cur yang dig*ulinya. Hingga saat ini pun Lisa masih terus dig*uli Pak Martin sesukanya, tidak memandang tempat dan waktu, yang pasti adalah ketika Rudi tidak di rumah.